_________ |
|
__________ | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
FDIB Scientific E-Zine @ 2-2001 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones: Akankah Indeks BEJ Ikut Terseret? Noer Azam
Achsani1) (17.10.2000)
Dalam beberapa hari terakhir, kejatuhan indeks bursa Dow Jones menghiasi hampir semua surat kabar terkemuka dunia. Tak terkecuali di Indonesia, masalah yang sama juga menjadi perhatian serius. Harian Media Indonesia, Senin 16 Oktober 2000 kemarin bahkan menurunkan artikel berjudul "IHSG Diperkirakan di Bawah 400". Dari beberapa artikel di sejumlah koran yang berhasil penulis kumpulkan, bisa dirangkum beberapa point utama sebagai berikut:
Interaksi dinamis antar bursa saham Masalah integrasi bursa saham antar negara telah dipelajari sejak akhir dekade 80-an, khususnya setelah jatuhnya Wall Street 1987. Sejak saat itu, beberapa ahli melakukan penelitian sejenis di berbagai belahan dunia. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa bursa-bursa saham internasional saling terkait satu sama lain. Bursa saham di USA mempengaruhi bursa saham di negara-negara lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Fenomena interaksi antar bursa tersebut bisa terjadi karena adanya hal-hal sebagai berikut :
Untuk melihat bagaimana sebenarnya fenomena keterkaitan antar bursa, penulis beberapa bulan lalu melakukan studi terhadap data indeks harga saham gabungan dari seluruh bursa Asia Pasifik Juli 1997 - Maret 2000. Bursa saham yang disertakan dalam studi ini adalah USA (S&P 500), Australia, New Zealand, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, China, Singapura, Thailand, Indonesia, Philippina dan Malaysia. Keterkaitan dinamis antar bursa dianalisis dengan menggunakan metode multivariate vector autoregression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang significant antara bursa saham yang berdekatan, misalnya di USA, New Zealand dan Australia. Fluktuasi saham di USA akan mempengaruhi bursa Australia dan New Zealand, demikian juga sebaliknya. Fluktuasi saham di USA juga mempengaruhi bursa Hongkong, tetapi tidak sebaliknya. Akan tetapi, bursa saham USA ternyata tidak secara nyata mempengaruhi pergerakan saham di bursa-bursa Asia Pasifik lainnya. Keterkaitan dinamis yang significant juga terjadi antara Bursa Hong Kong, Taiwan, Jepang dan Singapura. Keterkaitan antar empat bursa saham yang paling maju di kawasan Asia ini bisa dipahami karena lokasi mereka berdekatan atau juga kemungkinan karena adanya kesamaan investor. Disamping itu, keterkaitan juga sangat tampak diantara bursa-bursa saham di negara-negara yang dilanda krisis moneter, seperti Indonesia, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan dan Malaysia. Devaluasi Bath pada bulan Juli 1997 yang diikuti dengan kejatuhan nilai mata uang negara-negara tersebut ternyata terimbas pula ke pasar saham. Hasil-hasil penelitian di berbagai negara memang menunjukkan bahwa antara indeks bursa dengan nilau tukar mata uang terdapat korelasi yang cukup besar. Untuk melihat seberapa besar pengaruh pengaruh relatif satu bursa terhadap bursa lainnya, dilakukan analisis decomposition of forecasting error variance sebagaimana tersaji dalam Tabel 1. Dari tabel tersebut bisa dilihat bursa USA bukanlah bursa yang paling berpengaruh terhadap pergerakan saham di Asia Pasifik. Tiga bursa yang paling dominan di kawasan ini adalah Australia, Hong Kong dan Singapura. Pergerakan bursa USA memang menjadi penduga yang baik bagi bursa di USA, New Zealand dan Australia. Akan tetapi, data time series tersebut ternyata menunjukkan bahwa pergerakan bursa USA hampir tidak mampu menerangkan pergerakan indeks di BEJ serta bursa lainnya di Asia. Tabel 1 tersebut memperlihatkan bahwa pengaruh pergerakan bursa Australia, Hong Kong dan Singapura terhadap pergerakan bursa regional jauh lebih besar dibandingkan dengan pergerakan bursa USA. Meskipun demikian tidak satupun shock di bursa Asia Pasifik yang mampu menggoyang bursa USA. Demikian kuatnya bursa USA, sehingga hanya 10 - 12% fluktuasi sahamnya yang berasal dari pengaruh saham luar USA. Untuk kasus Indonesia, dapat dikatakan bahwa BEJ masih merupakan bursa yang relatif "tertutup". Hanya sekitar 12 % fluktuasi saham BEJ yang dipengaruhi oleh bursa asing, dan lebih dari 87 % dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam negeri. Hal ini berbeda dengan bursa Asia Pasifik lainnya yang rata-rata lebih dari 50 % fluktuasinya dipengaruhi oleh faktor asing. BEJ bahkan jauh tertinggal dibandingkan dengan KLSE (37 %). Selanjutnya, untuk melihat pengaruh shock di satu bursa terhadap bursa lainnya, dilakukan analisis dengan menggunakan metode impulse response function. Sebagaimana telah dipaparkan terdahulu, hasil analisis semakin menunjukkan bahwa shock di USA ternyata tidak banyak mempengaruhi bursa regional. Hanya Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan New Zealand yang langsung merespon, dan responnya pun tidaklah cukup besar. Sebaliknya, jika ada shock di Singapore, Australia atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia Pasifik, termasuk BEJ. Jika ada shock di Singapura, Hong
Kong atau Australia, maka BEJ akan memberikan response positif selama dua
hari berturut-turut. Artinya jika indeks di Singapura anjlok, maka indeks
di BEJ selama dua hari berturut-turut akan ikut jatuh. Sebaliknya jika
ada shock di USA, BEJ akan memberikan response positif pada hari pertama,
dan response negatif pada hari kedua. Artinya kalau ada shock di USA seperti
kasus Dow Jones minggu lalu, maka indeks BEJ akan turun sedikit pada hari
pertama, selanjutnya justru akan naik kembali pada hari kedua dan ketiga.
Seandainya indeks BEJ terus melorot, maka penyebabnya bukanlah karena kejatuhan
indeks Dow Jones, tetapi lebih sebagai response terhadap kondisi dalam
negeri kita sendiri.
Pelajaran apa yang bisa dipetik ? Dengan memperhatikan hasil analisis di atas, maka fenomena yang muncul sebagai akibat kejatuhan Dow Jones minggu lalu bukanlah hal yang aneh. Sangatlah wajar jika kejatuhan Dow Jones serta merta diikuti oleh kejatuhan indeks Nikkei, Han Seng dan Strait Times. Sebaliknya sangat wajar pula jika bursa di Kuala Lumpur, Manila, Taiwan, dan Jakarta tidak terpengaruh atau justru malah naik. Respon para investor lokal di BEJ yang ramai-ramai menjual saham sehingga indeks melorot mendekati 400 bukanlah tindakan yang tepat. Sebaliknya, tindakan investor asing yang ramai-ramai masuk ke BEJ adalah tindakan yang tepat. Dengan jatuhnya Dow Jones, investor di USA beramai-ramai menjual sahamnya disana untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sebagai investor, mereka tidak ingin modalnya berhenti di jalan. Untuk itu, mereka harus menanamkan modalnya di tempat lain. Mereka bisa saja menanamkannya di Singapura, Hongkong, Australia, New Zealand atau Jepang, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Melakukan transaksi disana tidaklah memberikan keuntungan, karena dengan jatuhnya Dow Jones, dalam waktu singkat akan diikuti pula oleh kejatuhan bursa di negara-negara tersebut. Karena itulah mereka memilih menanamkan modalnya di Indonesia, Malaysia, Taiwan atau Philippina. Dengan begitu, mereka berharap akan tetap mendapatkan keuntungan meskipun tidak sebesar jika menanamkan modal di Dow Jones misalnya. Tindakan investor lokal BEJ yang ramai-ramai menjual sahamnya – sebagai response atas kejatuhan Dow Jones – bukanlah tindakan tepat dan justru sangat menguntungkan investor asing. Dengan ramainya transaksi jual oleh investor lokal pada pagi hari, maka secara otomatis harga bergerak turun. Pada saat itulah investor asing masuk untuk membeli saham yang harganya murah. Sebagai akibatnya, dalam waktu tidak terlalu lama harga terangkat naik kembali. Pada satu-dua hari berikutnya lagi, harga bisa diduga akan terus merangkak naik karena makin banyak investor asing yang masuk. Kalau harga sudah cukup baik atau prospek di Dow Jones kembali membaik, maka investor asing akan menjual sahamnya kembali (dengan harga yang lebih tinggi). Karena kejeliannya tersebut, investor asinglah yang menikmati keuntungan di BEJ dengan jatuhnya Dow Jones. Pertanyaannya, apakah kejatuhan Dow
Jones sama sekali tidak terimbas ke BEJ ? Jawabannya tentu "ada pengaruhnya".
Dalam kasus Dow Jones - BEJ, saham-saham yang listing di bursa luar
negeri akan paling terkena dampaknya. Dengan jatuhnya Dow Jones, harga
saham kita di luar negeri cenderung akan ikut jatuh. Kejatuhan saham di
luar negeri tersebut akan menyeret harga saham yang sama di BEJ. Kejatuhan
harga saham Telkom (pada saat saham Indosat naik) adalah salah satu buktinya.
Gambar 1. Response BEJ terhadap satu satuan simpang baku (standard errror) shock di Bursa Utama Asia Pasifik.
Table 1. Decomposition of forecast error variances terhadap return seluruh Bursa Asia Pasifik (tidak termasuk China) Juli 1997-Maret 2000 (masuknya pasar ke dalam model terurut berdasarkan closing time) a).
a) Angka menunjukkan prosentase forecast error variance pada pasar sesuai kolom ke-1, yang diterangkan oleh pasar pada baris ke-1 b) Angka pada ‘Total Asing’ menunjukkan prosentase forecast error variance bursa sebagaimana tertulis pada kolom ke-1 oleh seluruh bursa asing yang masuk ke dalam model.
Achsani, N.A. (2001). Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones: Akankah Indeks BEJ Ikut Terseret?, FDIB Scientific E-Zine, Berlin, February 2001. https://fdib.tripod.com/e-zine/ez-noer.html . |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEMBALI- | --- | -- |