y<
_________ 
Logo FDIB
__________ 
  FDIB Scientific E-Zine @ 2-2001  
         
Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones: Akankah Indeks BEJ Ikut Terseret?

Noer Azam Achsani1) (17.10.2000)
Universitaet Potsdam, Potsdam
 



Dalam beberapa hari terakhir, kejatuhan indeks bursa Dow Jones menghiasi hampir semua surat kabar terkemuka dunia. Tak terkecuali di Indonesia, masalah yang sama juga menjadi perhatian serius. Harian Media Indonesia, Senin 16 Oktober 2000 kemarin bahkan menurunkan artikel berjudul "IHSG Diperkirakan di Bawah 400".

Dari beberapa artikel di sejumlah koran yang berhasil penulis kumpulkan, bisa dirangkum beberapa point utama sebagai berikut:

  1. Akhir pekan lalu indeks Dow Jones ditutup melemah 379,50 point atau sebesar 3,64%. Penurunan indeks ini disusul pula jatuhnya indeks di berbagai bursa regional, diantaranya Nikkei Tokyo 220,33 point (1,42%), Han Seng Hong Kong 394,3 point (2,6 %), dan juga Strait Times Singapura 0,3 %.
  2. Akan tetapi beberapa bursa lainnya justru mengalami kenaikan indeks, diantaranya : PHS Manila naik 0,4%, KLSE Kuala Lumpur naik 1,7%, dan Taipei naik 1,2%.
  3. Karena kekhawatiran akan ikut terseret jatuhnya indeks Dow Jones, investor lokal di Jakarta ramai-ramai menjual saham yang mereka pegang, sebagai akibatnya IHSG sempat merosot mendekati angka psikologis 400 pada Jum’at pagi. Sebaliknya investor asing justru masuk ke BEJ, sehingga pada penutupan sesi kedua perdagangan hari itu IHSG kembali menguat ke angka 408,2.
  4. Beberapa saham utama mengalami kenaikan seperti Indah Kiat, Astra internasional, Gudang Garam, HM Sampoerna, Indofood, dan Indosat. Tetapi PT Telkom yang juga bergerak dalam bidang telekomunikasi sebagaimana Indosat, justru mengalami penurunan harga.
  5. Perdagangan perdana minggu ini Senin 16 Oktober 2000 terjadi kenaikan IHSG sebesar 3,55 point ke posisi 411,75. Kejadian ini terkesan janggal karena beberapa pelaku memprediksi IHSG akan terus menurun sampai ke posisi 385-395 seiring kejatuhan Dow Jones dan bursa-bursa regional lainnya. 
     
Tulisan ini mencoba menjelaskan interaksi dinamis antar bursa saham dengan disertai analisis data empiris. Dijelaskan pula bagaimana kejatuhan bursa Dow Jones bisa memengaruhi bursa Asia, dan sejauh mana sebenarnya pengaruhnya ke Bursa Efek Jakarta. 
 

Interaksi dinamis antar bursa saham

Masalah integrasi bursa saham antar negara telah dipelajari sejak akhir dekade 80-an, khususnya setelah jatuhnya Wall Street 1987. Sejak saat itu, beberapa ahli melakukan penelitian sejenis di berbagai belahan dunia. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa bursa-bursa saham internasional saling terkait satu sama lain. Bursa saham di USA mempengaruhi bursa saham di negara-negara lainnya, tetapi tidak sebaliknya.

Fenomena interaksi antar bursa tersebut bisa terjadi karena adanya hal-hal sebagai berikut :

  1. Dominasi ekonomi USA. Setelah perang dunia kedua, hampir semua perdagangan dunia dilakukan dengan US dollar, sehingga perubahan situasi ekonomi di USA secara otomatis akan mempengaruhi ekonomi global.
  2. Kemajuan Teknologi Komunikasi. Majunya komunikasi memungkinkan kita mengetahui kejadian di tempat lain secara cepat, sehingga secara langsung atau tidak langsung, pelaku pasar akan mengantisipasi setiap perubahan di belahan dunia lainnya.
  3. Adanya kesamaan investor. Untuk bursa-bursa yang berdekatan lokasi, seringkali memiliki investor yang sama. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara tetangganya. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil.
  4. Multiple stock listing. Seringkali satu perusahaan melakukan listing di beberapa pasar saham. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan harga saham tersebut di satu bursa, maka harga saham tersebut di bursa lainnya juga akan terpengaruh. 
     
Tinjauan empiris terhadap bursa Asia Pasifik

Untuk melihat bagaimana sebenarnya fenomena keterkaitan antar bursa, penulis beberapa bulan lalu melakukan studi terhadap data indeks harga saham gabungan dari seluruh bursa Asia Pasifik Juli 1997 - Maret 2000. Bursa saham yang disertakan dalam studi ini adalah USA (S&P 500), Australia, New Zealand, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, China, Singapura, Thailand, Indonesia, Philippina dan Malaysia. Keterkaitan dinamis antar bursa dianalisis dengan menggunakan metode multivariate vector autoregression. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang significant antara bursa saham yang berdekatan, misalnya di USA, New Zealand dan Australia. Fluktuasi saham di USA akan mempengaruhi bursa Australia dan New Zealand, demikian juga sebaliknya. Fluktuasi saham di USA juga mempengaruhi bursa Hongkong, tetapi tidak sebaliknya. Akan tetapi, bursa saham USA ternyata tidak secara nyata mempengaruhi pergerakan saham di bursa-bursa Asia Pasifik lainnya. 

Keterkaitan dinamis yang significant juga terjadi antara Bursa Hong Kong, Taiwan, Jepang dan Singapura. Keterkaitan antar empat bursa saham yang paling maju di kawasan Asia ini bisa dipahami karena lokasi mereka berdekatan atau juga kemungkinan karena adanya kesamaan investor.

Disamping itu, keterkaitan juga sangat tampak diantara bursa-bursa saham di negara-negara yang dilanda krisis moneter, seperti Indonesia, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan dan Malaysia. Devaluasi Bath pada bulan Juli 1997 yang diikuti dengan kejatuhan nilai mata uang negara-negara tersebut ternyata terimbas pula ke pasar saham. Hasil-hasil penelitian di berbagai negara memang menunjukkan bahwa antara indeks bursa dengan nilau tukar mata uang terdapat korelasi yang cukup besar.

Untuk melihat seberapa besar pengaruh pengaruh relatif satu bursa terhadap bursa lainnya, dilakukan analisis decomposition of forecasting error variance sebagaimana tersaji dalam Tabel 1. Dari tabel tersebut bisa dilihat bursa USA bukanlah bursa yang paling berpengaruh terhadap pergerakan saham di Asia Pasifik. Tiga bursa yang paling dominan di kawasan ini adalah Australia, Hong Kong dan Singapura. 

Pergerakan bursa USA memang menjadi penduga yang baik bagi bursa di USA, New Zealand dan Australia. Akan tetapi, data time series tersebut ternyata menunjukkan bahwa pergerakan bursa USA hampir tidak mampu menerangkan pergerakan indeks di BEJ serta bursa lainnya di Asia. Tabel 1 tersebut memperlihatkan bahwa pengaruh pergerakan bursa Australia, Hong Kong dan Singapura terhadap pergerakan bursa regional jauh lebih besar dibandingkan dengan pergerakan bursa USA. Meskipun demikian tidak satupun shock di bursa Asia Pasifik yang mampu menggoyang bursa USA. Demikian kuatnya bursa USA, sehingga hanya 10 - 12% fluktuasi sahamnya yang berasal dari pengaruh saham luar USA.

Untuk kasus Indonesia, dapat dikatakan bahwa BEJ masih merupakan bursa yang relatif "tertutup". Hanya sekitar 12 % fluktuasi saham BEJ yang dipengaruhi oleh bursa asing, dan lebih dari 87 % dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam negeri. Hal ini berbeda dengan bursa Asia Pasifik lainnya yang rata-rata lebih dari 50 % fluktuasinya dipengaruhi oleh faktor asing. BEJ bahkan jauh tertinggal dibandingkan dengan KLSE (37 %). 

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh shock di satu bursa terhadap bursa lainnya, dilakukan analisis dengan menggunakan metode impulse response function. Sebagaimana telah dipaparkan terdahulu, hasil analisis semakin menunjukkan bahwa shock di USA ternyata tidak banyak mempengaruhi bursa regional. Hanya Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan New Zealand yang langsung merespon, dan responnya pun tidaklah cukup besar. Sebaliknya, jika ada shock di Singapore, Australia atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia Pasifik, termasuk BEJ. 

Jika ada shock di Singapura, Hong Kong atau Australia, maka BEJ akan memberikan response positif selama dua hari berturut-turut. Artinya jika indeks di Singapura anjlok, maka indeks di BEJ selama dua hari berturut-turut akan ikut jatuh. Sebaliknya jika ada shock di USA, BEJ akan memberikan response positif pada hari pertama, dan response negatif pada hari kedua. Artinya kalau ada shock di USA seperti kasus Dow Jones minggu lalu, maka indeks BEJ akan turun sedikit pada hari pertama, selanjutnya justru akan naik kembali pada hari kedua dan ketiga. Seandainya indeks BEJ terus melorot, maka penyebabnya bukanlah karena kejatuhan indeks Dow Jones, tetapi lebih sebagai response terhadap kondisi dalam negeri kita sendiri. 
 
 

Pelajaran apa yang bisa dipetik ?

Dengan memperhatikan hasil analisis di atas, maka fenomena yang muncul sebagai akibat kejatuhan Dow Jones minggu lalu bukanlah hal yang aneh. Sangatlah wajar jika kejatuhan Dow Jones serta merta diikuti oleh kejatuhan indeks Nikkei, Han Seng dan Strait Times. Sebaliknya sangat wajar pula jika bursa di Kuala Lumpur, Manila, Taiwan, dan Jakarta tidak terpengaruh atau justru malah naik.

Respon para investor lokal di BEJ yang ramai-ramai menjual saham sehingga indeks melorot mendekati 400 bukanlah tindakan yang tepat. Sebaliknya, tindakan investor asing yang ramai-ramai masuk ke BEJ adalah tindakan yang tepat. Dengan jatuhnya Dow Jones, investor di USA beramai-ramai menjual sahamnya disana untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sebagai investor, mereka tidak ingin modalnya berhenti di jalan. Untuk itu, mereka harus menanamkan modalnya di tempat lain. 

Mereka bisa saja menanamkannya di Singapura, Hongkong, Australia, New Zealand atau Jepang, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Melakukan transaksi disana tidaklah memberikan keuntungan, karena dengan jatuhnya Dow Jones, dalam waktu singkat akan diikuti pula oleh kejatuhan bursa di negara-negara tersebut. Karena itulah mereka memilih menanamkan modalnya di Indonesia, Malaysia, Taiwan atau Philippina. Dengan begitu, mereka berharap akan tetap mendapatkan keuntungan meskipun tidak sebesar jika menanamkan modal di Dow Jones misalnya.

Tindakan investor lokal BEJ yang ramai-ramai menjual sahamnya – sebagai response atas kejatuhan Dow Jones – bukanlah tindakan tepat dan justru sangat menguntungkan investor asing. Dengan ramainya transaksi jual oleh investor lokal pada pagi hari, maka secara otomatis harga bergerak turun. Pada saat itulah investor asing masuk untuk membeli saham yang harganya murah. Sebagai akibatnya, dalam waktu tidak terlalu lama harga terangkat naik kembali. Pada satu-dua hari berikutnya lagi, harga bisa diduga akan terus merangkak naik karena makin banyak investor asing yang masuk. Kalau harga sudah cukup baik atau prospek di Dow Jones kembali membaik, maka investor asing akan menjual sahamnya kembali (dengan harga yang lebih tinggi). Karena kejeliannya tersebut, investor asinglah yang menikmati keuntungan di BEJ dengan jatuhnya Dow Jones.

Pertanyaannya, apakah kejatuhan Dow Jones sama sekali tidak terimbas ke BEJ ? Jawabannya tentu "ada pengaruhnya". Dalam kasus Dow Jones - BEJ, saham-saham yang listing di bursa luar negeri akan paling terkena dampaknya. Dengan jatuhnya Dow Jones, harga saham kita di luar negeri cenderung akan ikut jatuh. Kejatuhan saham di luar negeri tersebut akan menyeret harga saham yang sama di BEJ. Kejatuhan harga saham Telkom (pada saat saham Indosat naik) adalah salah satu buktinya. 
 
 

Gambar 1. Response BEJ terhadap satu satuan simpang baku (standard errror) shock di Bursa Utama Asia Pasifik. 


 
 
 
 

 Table 1. Decomposition of forecast error variances terhadap return seluruh Bursa Asia Pasifik (tidak termasuk China) Juli 1997-Maret 2000 (masuknya pasar ke dalam model terurut berdasarkan closing time) a).

    Inovasi di -
    Hari
    Aust
    HK
    IND
    JPN
    Mal
    Skor
    NZ
    Phil
    SIN
    TW
    Thai
    US
    Total Asing
    b)
    Aust
    1
    39,80
    10,10
    0,44
    7,40
    2,25
    2,19
    12,42
    4,56
    6,01
    1,33
    3,50
    9,99
    60,20
    5
    39,71
    10,11
    0,54
    7,47
    2,17
    2,18
    12,42
    4,53
    6,04
    1,44
    3,51
    9,86
    60,29
    10
    39,71
    10,11
    0,54
    7,47
    2,17
    2,18
    12,42
    4,53
    46,04
    1,44
    3,51
    9,86
    60,29
    HK
    1
    11,10
    39,40
    0,94
    5,94
    3,61
    2,25
    6,07
    6,26
    12,48
    2,48
    5,55
    3,92
    60,60
    5
    11,09
    39,02
    0,98
    6,02
    3,48
    2,32
    6,30
    6,31
    12,47
    2,50
    5,59
    3,90
    60,98
    10
    11,09
    39,02
    0,98
    6,02
    3,48
    2,33
    6,30
    6,31
    12,47
    2,50
    5,59
    3,90
    60,98
    IND
    1
    1,13
    1,89
    87,34
    3,27
    0,89
    0,20
    0,29
    0,77
    2,44
    0,14
    0,86
    0,79
    12,66
    5
    1,13
    1,87
    87,26
    3,31
    0,86
    0,22
    0,30
    0,75
    2,44
    0,16
    0,90
    0,81
    12,74
    10
    1,13
    1,87
    87,25
    3,31
    0,86
    0,22
    0,30
    0,75
    2,44
    0,16
    0,90
    0,81
    12,75
    JPN
    1
    11,01
    7,93
    1,44
    58,50
    2,43
    1,60
    3,17
    1,61
    3,88
    1,04
    2,59
    4,81
    41,50
    5
    10,83
    7,73
    1,43
    58,45
    2,35
    1,71
    3,45
    1,64
    4,00
    1,11
    2,61
    4,69
    41,55
    10
    10,90
    7,77
    1,44
    58,20
    2,36
    1,72
    3,47
    1,65
    4,03
    1,12
    2,63
    4,72
    41,80
    Mal
    1
    3,64
    5,74
    0,65
    2,60
    62,87
    1,88
    2,45
    2,12
    6,86
    1,87
    6,14
    3,18
    37,13
    5
    3,84
    6,08
    0,64
    2,66
    61,38
    2,31
    2,44
    2,29
    6,95
    1,95
    6,23
    3,22
    38,62
    10
    3,84
    6,08
    0,64
    2,66
    61,38
    2,31
    2,44
    2,29
    6,95
    1,95
    6,23
    3,22
    38,62
    Skor
    1
    3,77
    4,06
    0,91
    2,09
    2,14
    67,25
    3,33
    3,38
    4,31
    1,05
    5,25
    2,45
    32,75
    5
    3,78
    4,13
    1,06
    2,20
    2,08
    66,58
    3,32
    3,35
    4,38
    1,07
    5,43
    2,60
    33,42
    10
    3,78
    4,13
    1,06
    2,20
    2,08
    66,58
    3,32
    3,35
    4,38
    1,07
    5,43
    2,60
    33,42
    NZ
    1
    12,43
    5,00
    0,24
    2,23
    16,87
    2,08
    39,44
    4,38
    4,53
    1,83
    2,72
    8,25
    60,56
    5
    12,32
    4,94
    0,24
    2,32
    17,44
    2,09
    38,96
    4,56
    4,49
    1,71
    2,70
    8,21
    61,04
    10
    12,29
    4,93
    0,24
    2,31
    17,40
    2,09
    38,86
    4,55
    4,48
    1,97
    2,69
    8,19
    61,14
    Phil
    1
    5,46
    8,43
    0,99
    1,54
    2,42
    3,20
    4,77
    47,01
    12,54
    1,69
    8,86
    3,10
    52,99
    5
    5,50
    8,35
    1,08
    1,55
    2,40
    3,25
    4,78
    46,20
    12,48
    1,71
    9,29
    3,41
    53,80
    10
    5,50
    8,35
    1,08
    1,55
    2,40
    3,25
    4,78
    46,19
    12,48
    1,71
    9,29
    3,41
    53,81
    SIN
    1
    5,74
    11,67
    1,06
    2,59
    16,68
    1,64
    4,03
    8,41
    34,28
    2,80
    7,73
    3,36
    65,72
    5
    6,60
    13,27
    1,21
    2,92
    5,18
    1,93
    4,57
    10,00
    38,53
    3,16
    8,77
    3,86
    61,47
    10
    6,60
    13,27
    1,21
    2,92
    5,18
    1,93
    4,57
    10,00
    38,53
    3,16
    8,77
    3,86
    61,47
    TW
    1
    1,80
    3,17
    0,22
    1,49
    1,66
    0,73
    2,20
    1,66
    36,23
    47,65
    1,53
    1,65
    52,35
    5
    1,98
    3,13
    0,22
    1,49
    2,21
    0,74
    2,24
    2,20
    36,09
    46,33
    1,57
    1,79
    53,67
    10
    1,98
    3,13
    0,22
    1,49
    2,21
    0,74
    2,24
    2,21
    36,09
    46,33
    1,57
    1,79
    53,67
    Thai
    1
    4,48
    6,85
    1,53
    2,47
    4,73
    4,16
    3,53
    8,32
    11,43
    1,71
    49,23
    1,58
    50,77
    5
    4,76
    6,84
    1,54
    2,55
    4,76
    4,56
    3,53
    8,30
    11,18
    1,92
    48,11
    1,95
    51,89
    10
    4,76
    6,84
    1,53
    2,55
    4,77
    4,56
    3,53
    8,30
    11,18
    1,92
    48,11
    1,95
    51,89
    US
    1
    1,81
    0,94
    0,73
    1,70
    0,74
    0,14
    1,30
    1,21
    1,32
    0,13
    0,41
    89,57
    10,43
    5
    2,10
    1,04
    0,81
    1,75
    0,77
    0,17
    2,54
    1,55
    1,47
    0,26
    0,45
    87,07
    12,93
    10
    2,10
    1,05
    0,81
    1,75
    0,77
    0,17
    2,54
    1,55
    1,47
    0,26
    0,45
    87,07
    12,93
    Urutan bursa : US, NZ, Aust, JPN, TW, Skor, HK, Phil, SIN, Mal, Ind, Thai
    a) Angka menunjukkan prosentase forecast error variance pada pasar sesuai kolom ke-1, yang diterangkan oleh pasar pada baris ke-1
    b) Angka pada ‘Total Asing’ menunjukkan prosentase forecast error variance bursa sebagaimana tertulis pada kolom ke-1 oleh seluruh bursa asing yang masuk ke dalam model.


__________________
1) Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA-IPB. Sedang menempuh program pada institut of statistics and econometrics, department of economics, the University of Potsdam, Germany. 
 
 



Achsani, N.A. (2001). Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones: Akankah Indeks BEJ Ikut Terseret?, FDIB Scientific E-Zine, Berlin, February 2001. 
https://fdib.tripod.com/e-zine/ez-noer.html
 
 

.

 
KEMBALI- --- --