|
Apakah
Anda Bangga Makan Tahu dan Tempe?
I Wayan
Karyasa
Tahu dan tempe merupakan makanan
tradisional yang telah lama merakyat di negeri kita. Akan tetapi, seiring
dengan kemajuan jaman, di beberapa kota besar seperti Jakarta, posisi tahu-tempe
di negeri kita telah tergeser oleh Hamburger dan Pizza. Antrean orang belanja
di McDonald dan yang a la Amerika lainnya begitu panjang, tapi banyak para
ibu dengan wajah lesu di pasar tradisional menjanjakan tahu, sepi kurang
pembeli. Suasana yang sungguh kontradiktif di sela-sela kekhawatiran bangsa
kita terhadap krisis yang berkepanjangan. Contoh sederhana ini menunjukkan
bahwa ternyata krisis ini belum dirasakan atau mungkin lebih tepat belum
disadari oleh sebagian besar orang di negeri kita. Walaupun banyak pengamat
ekonomi khawatir tentang semakin melemahnya rupiah, ternyata berita koran
juga dipenuhi tentang pembahasan bagaimana mengelola kemacetan akibat makin
banyaknya jumlah mobil pribadi di jalanan. Sangat kontradiktif, kata seorang
Jerman yang baru pulang dari Bali. Keine Gefuehl fuer Krisen, katanya
lebih lanjut. Memang diakui atau tidak, sebagian besar orang di negeri
ini belum mempunyai sense of crisis.
Tulisan ini berwacanakan untuk membanggakan
dan lebih mencintai produk dan makanan sendiri, salah satunya adalah “tahu-tempe”.
Salah satu kebanggaan yang masih tersisa di tengah krisis kepercayaan dan
krisis kebanggaan berbangsa dan bernegara saat ini. Ingatlah bahwa keberhasilan
perjuangan Mahatma Gandi adalah contoh keberhasilan konsep Swadhesi untuk
membangkitkan nasionalisme India. Gerakan kembali menggunakan dan mencintai
produk sendiri adalah salah satu cara untuk bisa bertahan di jaman globalisasi,
apalagi mulai 2003 barang dan jasa akan membanjiri dengan bebas dari luar.
Dengan keadaan perekonomian seperti saat ini, niscaya kita akan mampu bersaing.
Apalagi dengan tingkat konsumerisme dan ketaksadaran terhadap krisis yang
masih tinggi, kita akan menjadi sasaran empuk. Kita akan masuk ke jurang
penderitaan yang lebih tajam lagi.
Dalam perkembangan perekonomian yang
makin menglobal, kita tidak akan bisa lepas dari produk-produk yang bersifat
global tersebut. Tetapi mari kita renungkan kembali untuk tidak menggandrungi
produk luar sebagai usaha menyelamatkan produk sendiri. Tahu yang di negara
kita seharga lima ratus perak, ternyata dijual di sini (baca: Berlin)
dengan harga berkisar 1,80 sampai 1,95 DM, atau hampir 20 kali lipat. Mengapa
kita tidak membanggakan tahu sebagai produk warisan dan mengembangkannya
secara menglobal? Kita semestinya memanfaatkan peluang ini.
Ada kata kata mutiara yang
dimuat dalam buku "Die Einstein-Diät" oleh Dr. Arthur Winter dan Ruth
Winter, bahwa diri anda adalah apa yang anda makan, Du bist, was Du
ißt. Secara ilmiah ada keterkaitan antara apa yang dimakan dengan
kesehatan jiwa dan kecerdasan. Buku ini memuat nutrisi yang tepat untuk
peningkatan daya kerja otak dan intelegensi. Ternyata, tahu dan produk
olahan kedelei tergolong salah satu makanan yang paling bagus untuk peningkatan
kesehatan intelektual (Geist), akal (Verstand) dan semangat
dan sikap (Gesinnung), karena kandungan protein, besi, kalsium,
magnesium, zink dan mangan. Magnesium yang banyak terdapat pada
tahu, terutama yang proses pembuatannya menggunakan batu tahu, mempunyai
kasiat sebagai anti stress, menurunkan nervositas dan mengurangi depresi.
Pengumpamaan
bermental tahu-tempe tampaknya perlu direvisi. Jadi beralasan bahwa
kita semestinya berbangga makan tahu-tempe.
Ada serangkaian benang merah mengapa
penulis mengajak anda bangga makan tahu dan tempe.
-
Tahu adalah gumpalan protein. Kandungan
utamanya adalah air dan protein. Adanya zat-zat lain dalam tahu lebih disebabkan
oleh proses oklusi saat terjadinya denaturasi protein yang dilanjuti
dengan proses agregasi dan penggumpalan. Proses pembuatan tahu adalah sebagai
berikut: pertama, kedelai diolah menjadi susu kedelai. Dalam kedelai terdapat
dua protein sebagai komponen utama yaitu legumin dan legumilin.
Legumin larut dalam air dan legumilin tidak. Jadi komponen yang larut dalam
air terdapat pada susu kedelai, sedangkan komponen yang tak larut dalam
air terdapat lebih banyak pada ampas. Komponen utama ampas ini adalah protein
legumilin dan berbagai serat. Ampas ini dapat diolah menjadi protein sel
tunggal untuk makanan ternak dengan memfermentasikannya. Jadi ampasnya
tetap mempunyai nilai ekonomis. Kedua, penggumpalan protein legumin dari
susu kedelai. Denaturasi protein ini dapat dilakukan dengan penambahan
asam pada titik isolistriknya (pH 4,5), atau penambahan larutan garam-garam
polivalen seperti garam-garam kalsium dan magnesium, dan pemanasan. Yang
menggumpal di sini adalah protein legumin. Proses penggumpalan ini mengoklusi
air dan ion-ion logam polivalen. Sejumlah sangat kecil glukosa atau
karbohidrat yang larut dalam air dapat teroklusi. Jadi air limbah sisa
dari penggumpalan ini masih banyak mengandung karbohidrat atau glukosa
dan senyawa terlarut dalam air lainnya. Air limbah ini masih bernilai ekonomis
bila dibuat "nata de soya" sejenis “nata de coco” dari air kelapa.
-
Kedelai dapat tumbuh subur di daerah
tropis. Kedelai termasuk ordo Leguminoceae (polong - polongan),
familyPapiloneceae.
Dalam hidupnya, tumbuhan ini mempunyai bintil-bintil pada akar dan sekitarnya
yang mampu menangkap nitrogen dari udara untuk kemudian dinitrifikasi menjadi
senyawa-senyawa nitrogen yang larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman.
Karena itu kedelai sangat baik ditanam pada lahan sawah sebagai tanaman
penggilir, karena menghasilkan cadangan senyawa nitrogen (pengganti pupuk
urea) dalam tanah setelah pemanenannya (tanah jadi subur). Ketergantungan
dengan urea buatan dapat dikurangi. Contohnya adalah dalam setahun sawah
ditanami dua kali padi dan sekali kedelai (pada saat musim kemarau atau
paceklik air dimana saat tersebut debit air irigasi tidak mencukupi untuk
penanaman padi). Jadi penanaman kedelai mempunyai nilai ekonomis tambahan.
Sebagai penghasil cadangan senyawa nitrogen dalam tanah.
-
Kalau misalnya 10 prosen saja penduduk
negara kita makan tahu 100 gram perhari, berarti dua juta kg tahu dibutuhkan
tiap hari. Kalau misalnya satu kg tahu dihasilkan dari tiga kg kedelai,
berarti tiap hari membutuhkan 6 ribu ton kedelai. Sementara pasangan tahu
adalah tempe, kalau misalnya jumlah kedelai yang diperlukan untuk tahu
yang dikomsumsi tiap hari sama dengan jumlah kedelai untuk tempe yang dikomsumsi
tiap hari, plus setengah jumlah itu untuk produk olahan lainnya, maka
kita membutuhkan 15 ribu ton kedelai tiap hari atau sekitar 5 355 000 ton
tiap tahun. Hal ini akan menggairahkan para petani untuk menanam kedelai.
Kalau misalnya, perhektar menghasilkan 3 ton kedelai berarti sawah yang
harus ditanami kedelai tiap tahun adalah sekitar 1 452 000 hektar. Bayangkan
berapa ton pupuk urea dapat dihemat dari kira-kira satu setengah juta hektar
tanaman kedelai. Kemampuan tanaman kedelai untuk menitrifikasi nitrogen
bebas dan resultat sepaska panennya tampaknya perlu diteliti.
-
Seperti telah dilaporkan oleh banyak
peneliti sekitar tahun 1980-an, bahwa kedelai dan tanaman polong - polongan
lainnya mengandung zat anti nutrisi yang disebut asam fitat (inositolheksafosfat).
Asam fitat ini berikatan dengan protein dan ion-ion logam polivalen. Asam
fitat ini merupakan salah satu cadangan fosfat untuk menghasilkan ATP pada
proses perkecambahan (proses perubahan dari fase dormansi kacang menjadi
kecambah). Apa bahaya dari asam fitat jika kita komsumsi terus menerus?
Karena kemampuan asam fitat mengikat ion-ion logam polivalen seperti kalsium,
magnesium dan besi maka kehadirannya diusus akan mengikat logam-logam tersebut
dan menggumpalkannya (mengendapkannya yang akhirnya ikut terbuang bersama
feces. Ion-ion besi sangat berperanan dalam pembentukan sel-sel darah merah,
jadi kalau hal ini terus menerus terjadi maka akan menjadi anemie. Kalsium
berperanan dalam pembentukan tulang dan koenzim dari beberapa enzim dalam
tubuh dan magnesium juga sebagai koenzim.Jadi tubuh kita akan kekurangan
magnesium, kalsium dan besi. Karena demikian, asam fitat digolongkan sebagai
zat anti gizi. Celakanya, dalam tubuh kita termasuk juga mamalia lainnya,
tidak mempunyai enzim fitase. Enzim fitase terdapat pada tanaman polong-polongan
termasuk kedelai. Enzim fitase mampu memecah asam fitat menjadi inositol
dan fosfat bebas. Enzim ini sangat aktif pada kisaran pH 4,5 dan suhu kamar
sampai 50oC. Cara mengurangi atau menghilangkan asam fitat pada
kedelai adalah dengan pengolahan yaitu pemanasan, perendaman, pengasaman
dan fermentasi. Banyak penelitian telah dilakukan orang dalam hal ini.
Pada proses pembuatan tahu dengan pengendap asam, pengurangan sama fitat
terjadi pada saat pemanasan (pembuatan susu kedelai) dan pengumpalan protein
legumin pada titik isolistriknya (pH 4,5). Pada saat ini, enzim fitase
aktif memecah asam fitat sehingga terlarut dalam air sisa (bukan ikut menggumpal
pada tahu, kecuali sejumlah sangat kecil masih ada yang teroklusi saat
terjadi agregasi). Hasil penelitian (Karyasa, 1993) menunjukkan bahwa asam
fitat pada kedelai yang digunakan untuk membuat tahu adalah 1,4 mg/g kedelai
kering, sedangkan pada tahu yang menggunakan pengendap asam 0,0123 ppm
dan pada tahu yang menggunakan pengendap garam polivalen adalah 0,3124
ppm. Jadi pada tahu, kandungan asam fitat sangat kecil. Aman.
-
Tempe adalah produk fermentasi kedelai
yang menggunakan ragi Rhizopus sp. Ada pendapat yang menyatakan
bahwa mengkomsumsi tempe relatif lebih baik daripada tahu. Mengapa? Ditinjau
dari keberadaan asam fitat, tempe mengandung asam fitat relatif sangat
kecil dan tergolong aman bagi kesehatan. Pada proses fermentasi kedelai
(di mana protein-protein dalam kedelai dipecah-pecah menjadi protein-protein
yang sederhana sampai pada asam-asam amino), diperlukan energi dalam bentuk
ATP. Sementara itu ATP harus dibentuk dalam sel-sel dari ADP plus fosfat
bebas. Karena tak ada penambahan fosfat bebas dari luar, maka inositolheksafosfat
(asam fitat) terpacu untuk dipecah. Asam fitat juga sudah berkurang pada
proses perendaman dan pemanasan kedelai sebelum difermentasi menjadi tempe.
Ditinjau dari kandungan gizinya, tempe relatif lebih baik dari tahu karena
selain mengandung protein yang lebih sederhana, juga mengandung karbohidrat
(dan juga sudah menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana), vitamin
dan mineral lainnya (karena tidak ada ampas atau air sisa pengolahan seperti
halnya pada pembuatan tahu). Ditinjau dari nilai cerna (disgestive
value), tempe relatif lebih baik dari tahu karena protein-protein pada
tempe relatif lebih sederhana atau molekulnya lebih kecil, sehingga lebih
mudah diserap oleh sel-sel dinding usus halus dan lebih mudah terlarut
dan ditransfortasi oleh darah. Legumin pada tahu termasuk protein dengan
molekul yang besar (mirip dengan albumin pada putih telur) dan termasuk
protein globular. Untuk mencerna protein ini memerlukan kerja dan energi
yang lebih.
Sebagai konsekuensi dari mengangkat
produk tahu dan tempe sebagai produk kebanggaan bangsa, beberapa hal perlu
kiranya untuk didiskusikan lebih lanjut, di antaranya adalah:
-
Bagaimana kita membuat tahu dan tempe
sebagai produk yang selalu menarik bagi konsumen, baik dari harga, kualitas
dan kuantitas produksi yang kontinu, pengemasan, pengawetan, dan strategi
pemasarannya. Sementara ini usaha membuat tahu tempe adalah usaha yang
tergolong industri rumah tangga. Pemikiran untuk menata industri-industri
rumah tangga tersebut sebagai suatu plasma dari suatu usaha yang profesional
tampaknya perlu di respon segera. Act now, before it’s too late.
Pengembangan tahu dan tempe sebagai produk ekspor sudah saatnya ditindaklanjuti.
Adakah investor yang tertarik?
-
Bagaimana kita bisa menyediakan bahan
baku (kedelai) yang cukup (berswasembada) dan kontinu. Kemampuan tanaman
kedelai untuk menyuburkan tanah seperti uraian di atas merupakan suatu
pilihan yang tepat untuk menanam kedelai sebagai tanaman penyela atau penggilir
pada sawah dan tanaman utama pada ladang. Pengembangan penanaman kedelai
secara profesional tampaknya perlu digalakkan.
-
Penelitian dan pengembangan budidaya
tanaman kedelai, tahu, tempe, dan produk olahan kedelai lainnya dari berbagai
desiplin ilmu dan teknologi tampaknya perlu mendapat perhatian yang proporsional.
Tulisan ini merupakan rangkuman
diskusi dalam beberapa mailing list yahoogroups.com (fdib, gsd2000,
formasi-dresden dan ppi-gm) dari artikel penulis yang berjudul “Titik Nol
II: Berbanggalah makan tahu”. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
besar penulis sampaikan atas peran serta aktif dalam diskusi via e-mail
dari saudara Adi Rahmat (fdib, Berlin), N.D. Adi (fdib, Magdeburg), Adi
Indryanto (ppi-gm, Manchester, UK), Made Gelgel Wirasuta (gsd2000, Goettingen)
dan lain-lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
* Penulis adalah staff
pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, STKIP Singaraja
dan saat ini sedang tugas belajar program Doktor bidang Festkoerper
Chemie di Institut fuer Analytische und Anorganische Chemie, Technische
Universitaet Berlin.
https://fdib.tripod.com/e-zine/ez-karyasa.html
. |
|