____  _____ 
Logo FDIB
__________
 
Berlin, 05.12.1998
Hasil seminar ini diberitakan juga di Antara, 06.12.1998
 
------- Abstrak: 

Wabah Penyakit Menular Bersumber Binatang 

Dr. -Med.-Vet. R. Wisnu Nurcahyo
Freie Universitaet zu Berlin 




Penyakit menular disebabkan oleh binatang (zoonosis) merupakan penyakit endemis bagi penduduk di Indonesia.  Beberapa diantaranya, menempati tempat tertinggi pada angka kejadian, yaitu penyakit oleh parasit (Malaria, Filariasis atau kaki gajah, cacingan seperti Schistomiasis-Toxocariasis-Ancylostomiasis dan Toxoplasmosis), yang disebabkan oleh virus seperti demam berdarah dan rabies dan yang disebabkan oleh bakteri, misalnya Antrax.  Menurut data Depkes (1997), menunjukkan bahwa demam berdarah masih menempati urutan tertinggi dalam angka kejadian penyakit dan kematian, disusul oleh malaria, filariasis, toxoplasmosis, cacingan, rabies, antrax. 

Faktor-faktor penyebab kejadian penyakit menular yang bersumber binatang, kebanyakan disebabkan oleh penyebaran vektor penyakit yang cepat didalam kondisi lingkungan yang buruk, kemudian diperberat dengan adanya bencana alam seperti banjir, status sosial/ekonomi yang buruk dan angka kemiskinan yang semakin tinggi akibat krisis moneter, kurangnya pengetahuan penderita mengenai status penyakit, keterlambatan melapor ke Puskesmas/dokter, kurang akuratnya deteksi awal, dan keterbatasan sarana kesehatan.

Banyak pasien yang dibawa ke dokter atau rumah sakit sudah dalam stadium lanjut dari suatu penyakit yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian.  Berbagai usaha sudah dilakukan dalam pencegahan dan pemberantasan, mulai dari penyebab hingga vektor pembawa penyakit: Akan tetapi hal tersebut, belum banyak membawa hasil. Salah satu faktor yang ikut berperan dalam hal ini adalah kurangnya pemberantasan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat atau serangga lainnya, kurangnya sarana deteksi dan pencegahan dini. 

Pengembangan sarana diagnosa dan deteksi dini penyakit menular dengan memanfaatkan kemajuan bioteknologi kedokteran perlu dikembangkan yang hasilnya mampu mendeteksi penyakit pada berbagai stadium. Metode ini di negara-negara maju terbukti dapat diandalkan, hasil yang akurat, cepat, efektif, sensitifitas tinggi dan murah. Selain itu, pemanfaatan teknologi rekombinan DNA dalam rekayasa vaksin juga sangat cocok dan perlu diproduksi dalam skala besar di Indonesia.  Untuk itu, kerjasama antar seluruh komponen terkait perlu ditingkatkan, dengan melibatkan: pemerintah, perguruan tinggi, swasta dan masyarakat demi suksesnya program-program kesehatan nasional.  Pada hakekatnya, mencegah terjangkitnya suatu penyakit adalah lebih baik daripada mengobati. 

.
 

----------
KEMBALI-- --- --