_________ 
Logo FDIB
__________ 
 
Berlin, 15.07.2000
 
  Makalah: 

MANAJEMEN STRES KERJA DAN BELAJAR

Dini Mardiati, S. Psi
Alumni Psikologi UNPAD



Daftar isi:
- Pengertian Stres
- Kaitan Stres dengan kerja dan belajar
- Stres dan Kesehatan
- Teknik Relaksasi Otot Progresif Sederhana

Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat saat ini, mempengaruhi pula pola kerja dan belajar. Seolah ada tuntutan untuk menghasilkan sesuatu yang aktuel, berkualitas baik dan dihasilkan dalam waktu singkat. Persaingan untuk masuk dalam kelompok unggul menajam, karena batasan kelompok atau wilayah semakin tidak nyata di era globalisasi ini. Kondisi ini seringkali menimbulkan ketegangan dan istilah ``stres`` pun menjadi populer.

Namun, apakah sebenarnya stres itu? Benarkah stres itu bagai monster yang harus dihindari? 
 

Pengertian Stres
Stres adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan adanya suatu bahaya, tekanan atau ancaman yang melampaui batas kemampuannya dan dapat membahayakan kesejahteraan dirinya.

Dari pengertian tersebut di atas, sumber stres dapat berasal dari luar diri (misalnya kebakaran, lalu lintas macet) maupun dari dalam diri seseorang (misalnya tuntutan diri untuk berprestasi tinggi, pengalaman buruk, pola kerja atau belajar yang tidak baik, dll.). 

Apakah seseorang akan menganggap suatu hal sebagai stres atau tidak, itupun tergantung dari ambang batas toleransinya. Ambang toleransi ini pada setiap orang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kekuatan psikis dan perkembangan kehidupannya. Tidak heran bila suatu kondisi dipandang remeh oleh seseorang sementara yang lain menganggap hal itu sebagai masalah besar.

Sebenarnya, stres adalah salah satu perangkat keamanan yang dimiliki manusia. Ia bagaikan lampu kuning yang memperingatkan manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi sesuatu yang dapat mengganggu kesejahteraannya. Stres akan lebih mengaktifkan kerja rangkaian syaraf dan organ di dalam tubuh manusia, agar manusia dalam kondisi siaga. Misalnya jantung berpacu cepat agar sirkulasi darah lebih meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan oksigen bagi tubuh, pernafasan pun lebih cepat, panca indera juga bertambah tingkat kepekaannya terhadap lingkungan, dan lain sebagainya. 
 

Kaitan Stres dengan kerja dan belajar
Bila melihat bagaimana stres membangkitkan kewaspadaan manusia terhadap lingkungannya, maka sebenarnya selama stres tersebut dapat mendorong manusia untuk bereaksi dengan tepat, maka stres akan berdampak positif.

Berdasarkan penelitian, stres sampai tahap tertentu justru dibutuhkan dalam kerja agar tercapai hasil optimal. Walaupun memang, bila stres tersebut berlarut-larut dan tak dapat lagi dihadapi seseorang, maka produksi kerjanya akan menurun. Jadi dapat dikatakan bahwa korelasi kadar stres dan produksi kerja bagai grafik U terbalik.

Penelitian lain menunjukkan bahwa orang yang takut gagal akan bereaksi buruk bila menghadapi stres. Sebaliknya, orang yang menganggap hambatan sebagai suatu tantangan akan berusaha menghadapinya.

Karakter atau kepribadian seseorang memang mempengaruhi proses pemaknaannya terhadap segala sesuatu yang terjadi. Kelompok yang memiliki pola perilaku kuat tipe A, umumnya memiliki tuntutan diri yang tinggi untuk berprestasi, dan ingin mencapainya dalam waktu sesingkatnya. Kelompok ini lebih potensial mengalami stres dibandingkan dengan kelompok yang memiliki pola perilaku tipe B, yaitu kelompok yang lebih mengutamakan jalinan sosial yang hangat dibandingkan pencapaian prestasi.
 

Stres dan Kesehatan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, stres membuat tubuh manusia dalam keadaan siaga. Apabila stres tersebut berlarut-larut atau tidak dapat diatasi, tubuh akan kelelahan karena harus terus bekerja ekstra.

Manusia pada umumnya memiliki kelemahan pada organ tertentu. Dampak kelelahan akibat stres, akan tampak terlebih dulu pada titik kelemahan tersebut. Seseorang yang potensial memiliki penyakit asma, misalnya, dapat mengalami sesak napas hebat bila mengalami stres. Sementara pada orang lain yang memiliki faktor risiko tinggi untuk penyakit jantung, akan muncul keluhan nyeri dada, bila ia menghadapi masalah.

Berdasarkan penelitian, stres pun dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia. Pada derajat yang ekstrem, stres bahkan dapat mengakibatkan kematian mendadak.

Stres juga berdampak pada kesehatan jiwa seseorang. Pada orang yang sehat mentalnya, umumnya stres dapat diatasi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (maksimal 3 bulan). Reaksi psikologis seperti frustasi, mudah tersinggung, berbohong, dsb, mungkin saja terjadi namun tidak berlarut-larut karena ia terus berusaha mengatasinya. Umumnya dukungan dari teman dekat atau keluarga pun dapat membantunya. Kelompok ini disebut sebagai kelompok sehat bermasalah. Namun bila reaksi psikologis tersebut makin menguat dan memiliki pola negatif tertentu, maka orang tersebut masuk dalam kategori bermasalah dan membutuhkan bantuan khusus dari ahlinya.

Manajemen Stres
 Di era ini, tampaknya stres semakin sulit dipisahkan dalam kehidupan kita. Sehingga ia harus lebih dianggap sebagai teman daripada lawan. Terutama bila kita tidak menginginkan dampak negatif stres. Dengan kata lain, lebih baik belajar bagaimana menghadapinya dibanding menghindarinya.
Manajemen Stres merupakan suatu rangkaian proses pengelolaan, pencarian pemecahan masalah  hingga individu mampu menghadapi masalah tersebut. 

Pengertian ini mencakup upaya mengumpulkan informasi tentang apa sebenarnya sumber masalah, bagaimana sumber daya (kekurangan dan kelebihan yang dimiliki) individu untuk menghadapi masalah, menentukan dan memulai pemecahan masalah, lalu terakhir namun penting, adanya umpan balik.

Untuk menemukan sumber masalah dan sumber daya yang ada, dibutuhkan keberanian dan kejujuran untuk membuka diri dan melepaskan topeng-topeng yang seringkali kita gunakan untuk melindungi diri. Tahap ini tidaklah mudah namun akan sangat mempengaruhi langkah selanjutnya. Misalnya saat menghadapi masalah, kebanyakan orang akan berusaha mencari kesalahan di pihak luar seperti atasan atau dosen yang otoriter. Padahal mungkin saja hal itu terjadi karena pola kerja atau belajar yang salah. 

Dalam proses menghadapi masalah, seringkali muncul reaksi emosional dibandingkan reaksi rasional. Hal ini sangatlah wajar, selama hal itu tidak berlarut-larut. Masalahnya, sering kali orang mengalami kesulitan untuk mengalihkan reaksi emosional tersebut menjadi reaksi rasional. Oleh karena itu, muncul berbagai teknik untuk mengatasinya, misalnya :

  1. teknik relaksasi pernapasan
  2. teknik relaksasi otot progresif
  3. terapi musik
  4. terapi respon emosi-rasional
  5. yoga
  6. pendekatan agamis
Berbagai tekhnik di atas merupakan suatu upaya meredakan ketegangan emosional sehingga individu dapat berpikir lebih rasional. Sebagai warga Indonesia yang beragama, tentunya pendekatan agamis pun tidak dapat dilupakan karena memang memiliki nilai dukungan moral yang tinggi, namun akan lebih baik jika dikombinasikan dengan tekhnik lain.

Upaya pemecahan masalah yang dilakukan kadang tidak langsung berhasil meredakan ketegangan. Untuk itu perlu umpan balik dari orang di sekitar maupun introspeksi diri, sehingga penyelesaian masalah yang lebih baik dapat tercapai.
 

Teknik Relaksasi Otot Progresif Sederhana
Salah satu bentuk upaya meredakan ketegangan emosional yang cukup mudah dilakukan adalah relaksasi otot progresif yang disederhanakan. Tekhnik ini memaksa individu untuk berkonsentrasi pada ketegangan ototnya dan kemudian melatihnya untuk relaks. Orang yang stres, secara emosional tegang dan mengalami ketegangan otot. Tekhnik ini berusaha meredakan ketegangan otot dengan harapan bahwa ketegangan emosional pun berkurang.

Tahap-tahap relaksasi otot :
1. Persiapan : lepaskan asesosi yang digunakan seperti kaca mata, jam, sepatu. Jangan lupa longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.

2. Prosedur : gerakan selalu dimulai dari kanan, kecuali bagi yang kidal. Selama pelaksanaan, pernafasan tetap teratur seperti biasa.

3. Pelaksanaan :

  • Duduklah dengan tegak dan kedua telapak tangan bertumpu di atas paha.
  • Lemparkan kaki kanan anda sejauh mungkin ke depan. Lalu putar telapak kaki dengan menarik kelingking ke arah posisi jempol dan jempol digerakkan ke arah posisi kelingking. Tahan posisi tersebut dalam 10 hitungan sambil rasakan ketegangan yang terjadi. Baru kemudian kembalikan kaki ke posisi semula dan nikmati aliran darah yang terasa lancar.
  • Lakukan gerakan yang sama untuk kaki kiri.
  • Berikutnya, julurkan tangan kanan ke sisi bawah tubuh sebelah kanan. Kepalkan jari sekuatnya sehingga anda merasakan ketegangan. Perlahan, gerakkan tangan yang terkepal dari bawah ke atas hingga posisi tangan menyiku. Kerjakan dalam 10 hitungan. Kemudian tahan gerakan pada posisi tersebut selama 10 hitungan. Tangan masih terkepal dan kemudian gerakkan ke atas hingga merapat ke pangkal tangan, juga dalam 10 hitungan. Tahan kembali gerakan selama 10 hitungan. Baru kemudian gerakkan tangan yang terkepal tadi perlahan ke bawah dalam 10 hitungan. Begitu tangan sampai di bawah, segera lepaskan kepalan tangan dan nikmatilah berkurangnya ketegangan akibat gerakan dan kepalan tadi.
  • Lakukan gerakan yang sama untuk tangan kiri.
  • Kemudian tangan kanan dilemparkan sejauh mungkin ke arah pangkal tangan kiri melalui belakang kepala, hingga terasa ketegangan di daerah bahu kanan. Bantulah menahannya dengan tangan kiri memegang lengan atas kanan. Tahan posisi ini selama 10 hitungan. Kemudian lepas dan rasakan nikmatnya otot yang relaks.
  • Lakukan gerakan yang sama pada tangan kiri.
  • Tariklah dagu ke belakang (bukan ke bawah!) Gerakan anda benar jika terasa ketegangan di bagian belakang leher dan kepala. Lalu gerakkan seluruh otot muka ke arah ujung hidung. Jadi, dahi dikerutkan ke tengah bawah, hidung dikerutkan, mulut maju dan bibir ditarik sedekat mungkin ke ujung hidung. Pipi juga ditarik ke tengah. Rasakan ketegangan yang ada selama 10 hitungan. Lalu lepaskan. Nikmatilah hilangnya rasa tegang yang ada tadi.


Demikianlah tahap-tahap tekhnik relaksasi otot progresif sederhana yang dapat anda coba dan latih sendiri. Semoga dapat membantu mengurangi ketegangan akibat stres yang anda hadapi.
Walaupun demikian, tekhnik manajemen stres mana yang paling tepat untuk anda, anda sendiri yang dapat menemukannya. Karena setiap orang begitu berbeda dan andalah yang paling tahu mengenai masalah dan diri anda.
 
 

.

 
 - --- --