_________ 
Logo FDIB
__________ 
  FDIB Scientific E-Zine @ 1-2001  
 
Kasus Ajinomoto: MSG, Pro dan Kontra
I Wayan Karyasa
 
 



Monosodium glutamat (MSG) yang diproduksi oleh PT. Ajinomoto (Mojokerto, Jawa Timur) akhir-akhir ini sedang naik daun di beberapa media masa di tanah air: HARAM atau HALAL. Para pakar yang dipercaya MUI telah menyimpulkan sebagai produk haram karena salah satu komponen dalam proses produksinya menggunakan enzim yang disebut-sebut berasal dari usus babi. 

Pertanyaan yang muncul adalah kalau MSG itu diproduksi tanpa menggunakan enzim tersebut, 
apakah MUI menghalalkan MSG. Dengan munculnya kasus Chinese-Restaurant-Syndrome beberapa dekade yang lalu, telah diperdebatkan oleh para ahli di dunia tentang PRO dan KONTRA penggunaan MSG sebagai penyedap makanan. Sayangnya, badan dunia FDA (Food and Drug Administration) saat itu mengambil statu quo. :)

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan sekedar wawasan: apa sebenarnya MSG, bagaimana efeknya pada tubuh serta bagaimana kita menyikapi pro dan kontra yang ada.

Sejak ribuan tahun yang lalu masyarakat di Jepang telah menggunakan KOMBU (sejenis rumput laut) sebagai penyedap (penambah rasa)masakan. Pada tahun 1908, Dr. Kikunae Ikeda berhasil mengisolasi senyawa kimia peningkat rasa dari kombu, yang kemudian disebut glutamat. Dr.Kikunae Ikeda bersama rekan kerjanya, Dr. Saburosuke Suzuki pada tahun 1910 mendirikan sebuah perusahaan dengan nama Ajinomoto (Aji=sari atau sumber, no= artikel yang menunjukkan kepunyaan, moto = rasa) dan memproduksi penyedap rasa dalam bentuk monosodium glutamat  antara tahun 1910 sampai 1959. Glutamat diproduksi secara extraksi dari bahan alam sehingga di samping lama juga menghabiskan banyak biaya. Tahun 1959, glutamat berhasil diproduksi dengan cara fermentasi yang menggunakan starter strain-strain mikroorganisme sehingga di samping jauh lebih murah, juga produksinya dapat dalam skala besar dalam waktu yang tidak begitu lama. 

Orang-orang Jepang saat itu belum mengkomsumsi glutamat dalam jumlah yang besar sebagai penyedap makanan karena mereka strik dalam diet, artinya hanya ditambahkan pada makanan bila diperlukan saja. Setelah PD II, MSG masuk pasaran Amerika dan masuk dalam berbagai perusahaan-perusahaan besar di bidang makanan, barulah penggunaan MSG secara besar-besaran. Indonesiapun kena pengaruhnya, yang pada awalnya dibawa oleh para pedagang Cina dengan nama petsin. Menurut FDA ada dua jenis glutamat yang diperjualbelikan untuk zat aditiv pada makanan yaitu monosodium glutamat (MSG) jika glutamat (GLU)-nya 99% dan hydrolized protein products (HPP) seperti calcium caseinate, sodium caseinate, autolysed yeast, hydrolyzed protein, hydrolyzed vegetable protein, hydrolyzed animal protein, yeast extract dan textured vegetable protein, yang semuanya mengandung glutamat dengan kandungan bervariasi.

Glutamat (GLU) adalah salah satu asam amino non essential dalam tubuh, artinya glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh dan tak perlu dikomsumsi melalui makanan. Dalam buku "Excitotoxins: The Taste That Kills" oleh Russell L. Blaylock, M.D.(1994) disebutkan bahwa glutamat merupakan salah satu asam amino (yang lainnya: cystein dan aspartat) yang digolongkan sebagai "Exitotoxins" yang jika bekerja pada neuron-neuron sel-sel otak dapat menyebabkan neuron-neuron tersebut overstimulasi dan mati. Dalam keadaan normal, kelebihan glutamat pada sel-sel otak (sebagai neurotransmitter) biasanya dipompakan kembali ke sel-sel glial yang mengitari sel-sel neuron. Akan tetapi jika sel-sel neuron tersebut terus-menerus kelebihan glutamat, sel-sel menjadi mati. Glutamat juga membuka kanal kalsium dalam sel-sel neuron sehingga kalsium bisa masuk ke dalam sel-sel tersebut. Kanal kalsium ini sebenarnya diblokir oleh magnesium glutamat-lah yang mampu menyingkirkan magnesium sehingga kanal terbuka. Kemudian sejumlah reaksi terjadi, salah satu produknya adalah asam arachidonat. Reaksi enzimatis terhadap asam arachidonat ini menghasilkan radikal-radikal bebas (yang sangat oksidatif) seperti radikal hidroksil. Radikal inilah yang membunuh sel-sel otak. Kan, ada antioxidant seperti vitamin C, E dan beta karoten dalam sel? Memang antioksidan ini bereaksi dengan radikal-radikal tersebut. Akibatnya, sel akan kekurangan vitamin C, E dan beta karoten untuk proses yang lain. Pemompaan kelebihan glutamat pada sel-sel neuron ke sel-sel glial sekitar memerlukan banyak energi dalam bentuk ATP sehingga sel-sel neuron sendiri akan kekurangan kekurangan ATP.

Menurut Mark Gold (1995) wanita hamil dan menyusui, bayi yang masih menyusu, balita dan anak-anak adalah paling riskan terhadap MSG, demikian juga bagi orang yang mempunyai kelainan brain fog, obesitas, phychological disorder, learning disabilities, immune system ralated disorder, hipovitaminosis, hormone/ endocrine gland disorders, asthma dan allergi dan orang-orang yang mempunyai penyakit otak Alzheimer.

Walau Pro dan Kontra terus bergulir sepanjang beberapa dekade, namun kenyataannya pada saat ini justru semakin banyak produk makanan yang menggunakan MSG dan HPP. Mengapa? Para produsen MSG bekerjasama dengan para pengusaha besar di bidang makanan yang menggunakan MSG pada tahun 1970an mendirikan suatu badan yang sangat kaya dana bernama International Glutamate Technical Committee dan mendanai banyak riset untuk melindungi keamanan dari MSG. Sehingga status quo terus berlanjut, bisnispun jalan terus.

Hentakan awal yang sangat bagus di tanah air dengan mencuatnya kasus Ajinomoto. Paling tidak banyak informasi yang tersebar tentang Ajinomoto dan MSG. Sehingga masyarakat mulai menyadari bahwa apapun bahan bakunya, bagaimanapun proses pembuatannya, kalau yang namanya MSG adalah berbahaya bagi kesehatan kita. Bagaimana mestinya kita bersikap terhadap pro dan kontra ini? Seperti halnya rokok, kita semua tahu tentang bahaya merokok, apakah mesti semua pabrik rokok ditutup? Demikian pula apakah semua produsen MSG dan produk makanan yang menggunakan MSG sebagai aditiv ditutup. Bayangkan, berapa ratus ribu pekerja yang akan mengganggur dan dampak sosialnya lebih lanjut perlu dipertimbangkan. Langkah yang paling tepat menurut saya adalah menghindari mengunakan MSG dalam masak memasak sehari-hari, mendidik dan memberi contoh kepada anak-anak kita untuk menghindari makan makanan yang menggunakan penyedap MSG, seperti makanan ringan kegemaran anak-anak. Mungkin di antara kita pernah mengalami, kalau anak-anak terlanjur makan makanan ringan yang mengandung MSG, mereka akan ketagihan dan akan melupakan makanan bergizi yang disiapkan ibunya.

Contoh yang paling sederhana lagi adalah bakso, dimana bakso sangat tergantung pada MSG sebagai penyedap. Berapa ratus ribu tukang bakso yang menyebar ke pelosok tanah air akan pulang ke kampung halamannya karena bakso mengandung barang haram? Proses baksonisasi di nusantara akan tamat riwayatnya.

Lirik lagu anak-anak Abang Tukang Bakso karya Papa T. Bob akan dinyanyikan oleh anak-anak di sudut-sudut gang sebagai berikut:
Abang tukang bakso, jangan lagi ke sini... aku tak mau beli
Abang tukang bakso, jangan lagi ke sini... aku kapok beli
Bakso haram karena pake petsin
bakso haram karena pake MSG.

     


Tulisan ini berasal dari krirman e-mail ke mailing list fdib@egroups.com, 12 Jan 2001 14:01:39

Karyasa, I.W. (2001). Kasus Ajinomoto: MSG, Pro dan Kontra, FDIB Scientific E-Zine, Berlin, January 2001. https://fdib.tripod.com/e-zine/ez-wayan.html
 

.

 
KEMBALI- --- --